Kursus Evangelisasi Pribadi “Menghidupi Jawaban Perutusan Injil dalam Keseharian”

          

 



Seperti dikutib dari Evangelii Nuntiandi art. 71 yang secara khusus berbicara tentang keluarga dan evangelisasi, keluarga dipandang sebagai pihak yang menerima evangelisasi dan sekaligus yang melakukan evangelisasi.

Di dalam suatu keluarga yang sadar akan perutusan yang ia terima, semua anggota melakukan evangelisasi dan menerima evangelisasi. Namun tekanan utama artikel ini adalah keluarga melakukan evangelisasi, karena keluarga juga Gereja. Disini Paus mengambil konsep Gereja Rumah Tangga (Ecclesia Domestica) dari St. Yohanes Krysostomus, yang juga sudah digunakan oleh Konsili Vatikan II dalam Konstitusi tentang Gereja, Lumen Gentuim 11. Itu berarti, keluarga, seperti halnya Gereja,  harus merupakan suatu tempat dimana Injil diteruskan dan darimana Injil bercahaya (EN 71).

Keluarga itu terdiri dari orangtua dan anak-anak, maka evangelisasi itu dilakukan dalam komunikasi dua arah timbal balik. Jadi, tidak hanya orangtua yang melakukan evangelisasi kepada anak-anak melainkan juga sebaliknya anak-anak dapat mengkomunikasikan Injil kepada orangtua mereka.

Orangtua mengkomunikasikan Injil kepada anak-anak mereka, tidak akan sulit dimengerti, karena orangtua memiliki kemampuan secara verbal-intelektual untuk mengajarkan pengetahuan dan nilai-nilai agama kepada anak-anak mereka.

Namun, bahwa anak-anak juga mengkomunikasikan Injil kepada orangtua mereka, ini baru. Disinilah aspek baru muncul yakni Injil tentang Yesus dan Injil dari Yesus. Anak-anak, termasuk yang belum mengalami pendidikan formal di sekolah alias yang belum bisa baca-tulis, memang tidak dapat melakukan evangelisasi dalam arti Injil tentang Tuhan, namun mereka dapat dengan tegas mengajarkan Injil dari Yesus melalui sikap hidup mereka sebagai anak, seperti: kesaksian tentang hidup jujur, hidup setia, hidup saling menghormati, hidup mencintai orangtua, hidup doa, dan hidup membahagiakan orangtua. Ajaran kristiani tentang kejujuran, kesetiaan, doa dan cinta, semuanya itu dilakukan oleh anak-anak. Di sini Injil perkataan memang tidak dilakukan oleh mereka, namun Injil perbuatan sangat jelas dilakukan oleh mereka.

Sementara orangtua dapat melakukan evangelisasi dalam dua wujud, yakni melalui perkataan dan perbuatan. Mereka bisa mengajarkan pengetahuan agama katolik dan doa-doa Gereja kepada anak-anak, sambil menyakinkan mereka dengan cara hidup yang betul-betul kristiani. Jangan sampai terjadi, orangtua hanya mempunyai kemampuan untuk Injil tentang Yesus namun lemah dalam Injil dari Yesus. Kalau itu yang terjadi, maka keluarga Katolik tidak dapat menjadi Sekolah Evangelisasi.

Orangtua sebagai Evagelisator dengan memperlihatkan cintakasih mereka kepada anak-anak yang telah lahir, mereka harus memperlihatkan cintakasih itu memalui kata dan perbuatan.

Mereka menyampaikan kepada anak-anak mereka hubungan yang tulus dan nyata tentang Tuhan Allah dalam cinta, kesetiaan, doa, dan ketaatan. Dengan cara ini orangtua mendorong kesucian anak-anak mereka dan melatih hati mereka untuk peka terhadap suara Tuhan, yang memanggil mereka setiap orang untuk mengikuti-Nya. Dengan demikian, keluarga dapat menjadi tempat istimewa bagi perjumpaan karunia kasih Tuhan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lima Langkah Evangelisasi

BAB II EVANGELISASI

BAB I ORIENTASI KEP DAN INTRODUKSI